Orang-orang yang beranggapan bahwa agama tidak mempunyai hubungan dengan urusan politik, yang sudah mencuat sejak jauh-jauh hari, dan mereka yang menciptakan kebohongan bahwa tidak ada agama dalam politik dan tidak ada politik dalam agama yang muncul pada hari kemudian, justru merupakan orang pertama yang mendustakan perkataan dan perbuatannya.
Mereka itu justru seringkali merujuk kepada agama untuk mengambil darinya suatu perangkat untuk kepentingan politiknya dan menghadapi rival-rivalnya. Tidak jarang mereka memanfaatkan orang-orang yang lemah dan tersisih dari kalangan tokoh agama , agar mengeluarkan fatwa tertentu yang ditujukan kepada orang-orang yang melawan kebijakan politknya.Bahkan cara-cara pembusukan lewat pembentukan opini publik juga dilakukan dengan membentuk organisasi massa dengan label Islam, kemudian diarahkan melakukan tindakan-tindakan kekerasan yang tidak bisa dibenarkan menurut ajaran Islam.
Masih segar dalam ingatan kita, saat pemilu presiden yang baru lalu.Ketika kaum Muslimin mempertanyakan istri calon presiden yang dalam pernyataannya mencerminkan seorang Muslim, tetapi tidak menjalankan syariat Islam dalam berbusana. Dengan sigap menyatakan bahwa hal itu merupakan urusan pribadi dan tidak ada kaitannya dengan ke Islaman seseorang. Dan Indonesia bukan negara agama.
Tidak salah bahwa Indonesia bukan negara agama, tapi tentu saja sulit diterima nalar saat seorang muslim mampu berdiri sebagai pemimpin yang komtmen pada aturan sesuai dengan akidahnya,agar menjadi panutan dan penegak keadilan bagi masyarakat, sedangkan untuk urusan pribadinya saja sudah tidak konsisten pada komitmen akidahnya.
Jangan heran kalau Islam dengan istilah-istilahnya yang dianggap mendukung kebijakannya selalu didengung-dengungkan, dan Islam dengan istilah-istilahnya selalu dihujat manakala dianggap merugikan kebijakan-kebijakannya.
Mereka itu justru seringkali merujuk kepada agama untuk mengambil darinya suatu perangkat untuk kepentingan politiknya dan menghadapi rival-rivalnya. Tidak jarang mereka memanfaatkan orang-orang yang lemah dan tersisih dari kalangan tokoh agama , agar mengeluarkan fatwa tertentu yang ditujukan kepada orang-orang yang melawan kebijakan politknya.Bahkan cara-cara pembusukan lewat pembentukan opini publik juga dilakukan dengan membentuk organisasi massa dengan label Islam, kemudian diarahkan melakukan tindakan-tindakan kekerasan yang tidak bisa dibenarkan menurut ajaran Islam.
Masih segar dalam ingatan kita, saat pemilu presiden yang baru lalu.Ketika kaum Muslimin mempertanyakan istri calon presiden yang dalam pernyataannya mencerminkan seorang Muslim, tetapi tidak menjalankan syariat Islam dalam berbusana. Dengan sigap menyatakan bahwa hal itu merupakan urusan pribadi dan tidak ada kaitannya dengan ke Islaman seseorang. Dan Indonesia bukan negara agama.
Tidak salah bahwa Indonesia bukan negara agama, tapi tentu saja sulit diterima nalar saat seorang muslim mampu berdiri sebagai pemimpin yang komtmen pada aturan sesuai dengan akidahnya,agar menjadi panutan dan penegak keadilan bagi masyarakat, sedangkan untuk urusan pribadinya saja sudah tidak konsisten pada komitmen akidahnya.
Jangan heran kalau Islam dengan istilah-istilahnya yang dianggap mendukung kebijakannya selalu didengung-dengungkan, dan Islam dengan istilah-istilahnya selalu dihujat manakala dianggap merugikan kebijakan-kebijakannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar