Kehidupan di Dunia, layaknya seorang musafir, datang dan kemudian harus pergi kembali karena dunia bukan tempat dimana akan menetap selamanya. Dunia tempat sementara, satu ketika, tanpa kita tahu pasti, harus ditinggalkan untuk selamanya.
Semua yang kita miliki pasti akan ditinngalkan, hanya perbuatan kita yang menyertai untuk dipertanggungjawabkan. Istri cantik, kekayaan melimpah yang didapat dengan susah payah, jabatan, serta keluarga yang menyayangi kita ,akan ditinggalkan. Rasul pernah menggambarkan hidup di dunia, ka raakibin istadzalla bi syajaratin tsumma raaha wa tarakaha. Seperti seorang musafir yang bernaung di bawah rindangnnya pohon, ia beristirahat tapi setelah itu ia tinggalkan pohon tersebut. Oleh karenanya, Rasul berpesan, agar hidup ini disikapi sebagai sesuatu yang sementara.
Saudaraku,
Kadang kita harus pergi ke satu tempat dan bermalam untuk beberapa hari, entah untuk keperluan keluarga, usaha, atau untuk melaksanakan amanah dakwah yang lebih khusus. Pasti ada beberapa keperluan yang perlu dipersiapkan sebagai bekal, baik bekal diperjalanan, maupun bekal selama kita tinggal di tempat yang menjadi tujuan. Tentu bekal yang akan kita bawa hanya untuk memenuhi keperluan selama kita musafir saja. Kita tidak akan membawa bekal berlebihan dan tentu saja yang sangat penting untuk mendukung aktifitas dan keperluan untuk apa perjalanan itu dilakukan. Karena bekal yang berlebihan hanya akan menyusahkan dan membuat lambat dalam beraktifitas.Atau bahkan bisa jadi ada amanah yang tidak bisa tertunaikan karena disibukan mengurusi bekal yang kita bawa.
Begitu juga kehidupan musafir kita di dunia ini. Ada banyak tugas-tugas yang menjadi tanggungjawab kita, yang kelak harus dipertanggungjawabkan dihadapan Allah swt. Tanggungjawab yang menyibukan kita, tapi harus dilakukan. Jangan sampai menambah kesibukan yang dapat membuat lalai tanggungjawab kita yang sebenarnya.
Semua yang kita miliki pasti akan ditinngalkan, hanya perbuatan kita yang menyertai untuk dipertanggungjawabkan. Istri cantik, kekayaan melimpah yang didapat dengan susah payah, jabatan, serta keluarga yang menyayangi kita ,akan ditinggalkan. Rasul pernah menggambarkan hidup di dunia, ka raakibin istadzalla bi syajaratin tsumma raaha wa tarakaha. Seperti seorang musafir yang bernaung di bawah rindangnnya pohon, ia beristirahat tapi setelah itu ia tinggalkan pohon tersebut. Oleh karenanya, Rasul berpesan, agar hidup ini disikapi sebagai sesuatu yang sementara.
Saudaraku,
Kadang kita harus pergi ke satu tempat dan bermalam untuk beberapa hari, entah untuk keperluan keluarga, usaha, atau untuk melaksanakan amanah dakwah yang lebih khusus. Pasti ada beberapa keperluan yang perlu dipersiapkan sebagai bekal, baik bekal diperjalanan, maupun bekal selama kita tinggal di tempat yang menjadi tujuan. Tentu bekal yang akan kita bawa hanya untuk memenuhi keperluan selama kita musafir saja. Kita tidak akan membawa bekal berlebihan dan tentu saja yang sangat penting untuk mendukung aktifitas dan keperluan untuk apa perjalanan itu dilakukan. Karena bekal yang berlebihan hanya akan menyusahkan dan membuat lambat dalam beraktifitas.Atau bahkan bisa jadi ada amanah yang tidak bisa tertunaikan karena disibukan mengurusi bekal yang kita bawa.
Begitu juga kehidupan musafir kita di dunia ini. Ada banyak tugas-tugas yang menjadi tanggungjawab kita, yang kelak harus dipertanggungjawabkan dihadapan Allah swt. Tanggungjawab yang menyibukan kita, tapi harus dilakukan. Jangan sampai menambah kesibukan yang dapat membuat lalai tanggungjawab kita yang sebenarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar