Selasa, 28 Juli 2009

Komitmen Seorang Muslim Pada Sisi Aqidah

Tsaqafah Islamiyah
Oleh: Abu Ahmad

Ketika seorang muslim mengakui dirinya sebagai muslim, dan menjadikan agama Islam sebagai agama yang murn bukan sekedar warisan, bukan sebagai hobi dan bukan secara zhahir saja. Maka yang dituntut darinya adalah berpegang teguh dengan seluruh ajaran Islam serta menyesuaikan diri dengan Islam di segenap bidang kehidupan dengan penuh kerelaan dan ketundukan. Dan pada selanjutnya seorang muslim harus memiliki sifat-sifat yang wajib dimiliki sebagai seorang muslim guna memastikan diri akan komitmennya terhadap agama ini sehingga dapat diakui secara sah dan benar dan tidak ada unsur kemunafikan dan kedustaan di dalamnya.

Allah SWT berfirman:

“(karena itulah) Dia menamakan kamu: Orang-orang Islam sejak dahulu dan di dalam (Al-Quran) ini, supaya Rasulullah (Muhammad) menjadi saksi yang menerangkan kebenaran perbuatan kamu dan supaya kamu pula layak menjadi orang-orang yang memberi keterangan kepada umat manusia (tentang yang benar dan yang salah). (Al-Hajj :78).

Berpegang teguh dengan aqidah yang benar lagi murni adalah syarat pertama bagi seseorang yang mengaku dirinya beragama Islam dan menjadikan Islam sebagai cara hidupnya. Hal tersebut sesuai dengan apa yang terkandung di dalam Kitabullah (Al-Quran) dan sunnah Rasulullah saw; yaitu beriman dengan apa yang telah diimani oleh orang-orang Islam terdahulu yang terdiri dari Salafus-Saleh (para anbiya, para shiddiqin, para syuhda dan para shalihin), dan para Imam penyampai agama ini yang telah diakui kebaikan, kebaktian serta ketakwaan mereka serta mereka-mereka yang memiliki kepahaman yang mendalam lagi bersih dalam urusan agama.

Dan untuk memastikan seorang muslim benar-benar komitmen terhadap aqidah yang diimani nya, maka harus memahami dan meyakini beberapa perkara berikut:

1. Beriman bahwa pencipta alam ini adalah Allah, Tuhan yang Maha Bijaksana lagi Berkuasa, Maha Mengetahui serta tidak memerlukan pertolongan siapa pun. Buktinya jelas pada kejadian alam ini yang penuh dengan keindahan, kerapian dan keseimbangan, saling memberikan keseimbangan di antara satu dengan bagian yang lain. Adalah mustahil semua kejadian ini akan kekal dan berkelanjutan jika tidak ada yang menjaganya, mengaturnya dan memeliharanya; yaitu Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Kuasa.

Firman Allah SWT:

“Kalau ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan yang lain dari Allah, niscaya rusaklah kedua-dua nya. Maka (bertauhid lah kamu kepada Allah dengan menegaskan): Maha Suci Allah, Tuhan yang mempunyai Arasy, dari apa yang mereka sifatkan”. (Al-Anbiya:22)

2. Beriman bahwa Allah yang Maha Mulia tidaklah mencipta segala kejadian alam ini secara sia-sia tanpa tujuan sedikit pun. Karena mustahil bagi Allah yang memiliki sifat-sifat kesempurnaan mencipta sesuatu secara sia-sia. Adalah mustahil seseorang dapat memahami maksud tujuan Allah menjadikan sesuatu secara terperinci melainkan melalui penjelasan Rasulullah saw dan wahyu dari Allah SWT itu sendiri.

Allah berfirman:

“Maka adakah patut kamu menyangka bahwa Kami hanya menciptakan kamu (dari tiada kepada ada) saja dengan tiada hikmah pada ciptaan itu? Dan kamu (menyangka pula) tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka (dengan yang demikian) Maha Tinggilah Allah Yang Menguasai seluruh alam, lagi Yang Tetap Benar; tiada Tuhan melainkan Dia, Tuhan yang mempunyai Arasy yang mulia”. (Al-Mu’minun:115-116)

3. Beriman bahwasanya Allah SWT telah mengutus Para Rasul dan anbiya, dan diturunkan kepada mereka kitab-kitab dengan tujuan mengajarkan kepada manusia supaya mengenal Allah dan memahami berbagai kejadian mereka, mengetahui asal-usul mereka dan ke mana mereka akan kembali.

Dan beriman bahwa Rasul terakhir dari kalangan Rasul-rasul yang mulia itu adalah Nabi Muhammad saw yang telah dikaruniakan kepadanya Al-Quran Al-Karim sebagai salah satu mukjizat yang kekal.

Sebagaimana Allah berfirman:

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus dalam kalangan tiap-tiap umat seorang Rasul (dengan memerintahkannya menyeru mereka): Hendaklah kamu menyembah Allah dan jauhilah thagut. Maka di antara mereka (yang menerima seruan Rasul itu), ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang berhak ditimpa kesesatan. Oleh itu bertebaranlah kamu di bumi, kemudian lihatlah bagaimana buruknya kesudahan umat-umat yang mendustakan Rasul-rasul-nya”. (Al-Nahl:36)

4. Beriman bahwa wujud insan ialah mengenali Allah SWT sebagaimana yang Allah SWT sendiri telah menjelaskannya, memberi penuh ketaatan kepada-Nya dan mengabdikan diri kepada-Nya.

Allah berfirman:

“Dan (ingatlah) Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk mereka menyembah dan beribadahlah kepada-Ku. Aku tidak sekali-kali menghendaki seluruh rezki pemberian dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dialah saja Yang Memberi rezki (kepada sekalian makhluk-Nya, dan Dialah sahaja) Yang Mempunyai Kekuasaan yang tidak terhingga, lagi Yang Maha Kuat Kukuh kekuasaan-Nya”. (Adz-Dzariyat :56-58)

5. Beriman bahwa ganjaran bagi orang mukmin yang taat kepada Allah ialah surga. Sedangkan balasan atas orang kafir lagi durhaka ialah api neraka.

Allah menjelaskan:

“….sebagian kelompok (beriman) masuk Surga dan sebagian lagi (kafir) masuk Neraka.” (As-Syura :7)

6. Beriman bahwa seluruh manusia melakukan kebaikan dan kejahatan dengan pilihan dan kehendak mereka masing-masing. Namun demikian kebaikan yang dilakukan itu tidaklah berlaku, melainkan dengan taufiq dan ‘inayah dari Allah. Sedangkan perbuatan jahat bukanlah merupakan paksaan dari Allah tetapi termasuk dalam batasan kehendak-Nya.

Allah berfirman:

“Demi diri manusia dan Yang menyempurnakan kejadiannya (dengan kelengkapan yang sesuai dengan keadaannya); Serta mengilhamkannya (untuk mengenal) jalan yang membawanya kepada kejahatan, dan yang membawanya kepada bertaqwa; Sesungguhnya beruntunglah orang yang menjadikan dirinya yang bersih (dengan iman dan amal kebajikan), Dan sesungguhnya merugilah orang yang menjadikan dirinya yang kotor (oleh karena kekotoran maksiat)”. (As-Syams 7-10)

Dan firman Allah SWT:

“Tiap-tiap diri terikat, tidak terlepas daripada (balasan buruk bagi amal jahat)yang dikerjakannya. (Al-Muddathir:38).

7. Beriman bahwa urusan penciptaan undang-undang itu adalah hak mutlak Allah SWT. Dan manusia tidak boleh sama sekali mendahului atau membelakangi undang-undang dibuat oleh-Nya. Apa yang dibolehkan kepada para ulama Muslim dalam berijtihad untuk mengeluarkan hukum-hukum dari nash-nash Syariat harus tetap berada dalam batas-batas yang diizinkan.

Firman Allah SWT:

“Dan (katakanlah wahai Muhammad kepada pengikut-pengikutmu): Apa jua perkara agama yang kamu berselisih padanya maka hukum pemutusnya terserah kepada Allah; Hakim yang demikian kekuasaan-Nya ialah Allah Tuhanku; kepada-Nyalah aku berserah diri dan kepada-Nyalah aku kembali (dalam segala keadaan). (As-Syura:10)

8. Berusaha mengetahui nama-nama dan sifat-sifat Allah yang layak bagi kemuliaan-Nya.

Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah saw bersabda:

“Allah SWT mempunyai sembilan puluh sembilan nama, kurang satu seratus. Barangsiapa yang menghafalnya akan masuk surga. Allah itu ganjil (tunggal) dan menyukai (bilangan) yang ganjil.” (Bukhari dan Muslim)

9. Berfikir untuk merenungi kehebatan kejadian-kejadian Allah, bukan memikirkan tentang Zat-Nya sebagaimana mengikuti dan mentaati perintah Rasulullah saw:

“Berpikirlah kamu tentang makhluk ciptaan Allah dan janganlah kamu memikirkan tentang Zat-Nya karena kamu tidaklah mengetahui keadaan sebenarnya.” (Hadis diriwayatkan oleh Abu Nu’aim di dalam Al-Halyah dan Al- Asbahani meriwayatkannya di dalam Al-Taghrib wa Al-Tarhib)

10. Berhubungan dengan sifat-sifat Allah SWT yang banyak terdapat pada ayat-ayat suci Al-Quran Al-Karim yang membuktikan akan kesempurnaan ketuhanan Allah (Uluhiyah-Nya). Kita dapati beberapa ayat Al-Quran membuktikan wujud Allah, sifat baqa’ (kekal), sifat qadim (selalu ada), sifat Allah berlainan dengan segala makhluk, tidak mempunyai anak, tidak ada yang menandingi-Nya. Kita juga menemui ayat-ayat yang menunjukkan Tuhan itu wujud dengan sendirinya, Maha Kaya dari segala makhluk-Nya dan makhluk berhajat kepada kebesaran-Nya. Demikian juga kita menemui ayat-ayat yang menunjukkan ke-Esaan Allah pada Zat-Nya, sifat-sifat-Nya dan perbuatan-Nya, kekuasaan-Nya, keagungan-Nya dan keluasan ilmu-Nya atas segala sesuatu.

Kita juga menemui ayat-ayat yang menunjukkan iradah Allah mengatasi segala iradah yang lain dan Allah itu bersifat hidup yang penuh dengan kesempurnaan. Selain dari sifat-sifat yang disebut tadi, masih banyak lagi ayat-ayat yang menerangkan sifat-sifat kesempurnaan lain bagi Allah SWT yang tidak tercapai oleh daya pemikiran manusia yang terbatas, tentang hakikat sebenarnya. Maha Suci Allah, kita tidaklah dapat membatasi pujian kita terhadap-Nya sebagaimana Allah memuji dirinya sendiri.

11. Meyakini bahwa pendapat dan pandangan para salafus shalih adalah lebih utama untuk diikuti supaya dapat menyelesaikan pembahasan tentang penafsiran ayat suci Al-Quran, yakni membiarkan sebahagian dari sifat-sifat Allah di dalam Al-Quran dengan menyerahkan hakikat sebenarnya mengenai maknanya kepada Allah SWT. Meyakini bahwa berbagai bentuk penafsiran beberapa ayat tertentu oleh golongan khalaf (masa setelah salaf) tidak wajar dijadikan dalil, sebab akan dapat perselisihan yang berlarut dan jangan sampai timbul kembali perpecahan di antara golongan khalaf di masa lampau maupun masa kini.

12. Mengabdikan diri hanya kepada Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain. Ini dilakukan karena memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya yang menyatakan bahwa manusia supaya mengabdikan diri hanya kepada Allah semata dan tidak tunduk kepada sesuatu selain Allah.

Seperti firman Allah SWT:

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus dalam kalangan tiap-tiap umat seorang Rasul (dengan memerintahkannya menyeru mereka): Hendaklah kamu menyembah Allah dan jauhilah thagut”. (An-Nahl:36)

13. Takut hanya kepada Allah dan tidak takut kepada yang lain. Perasaan takut tersebut yang seharusnya dapat menyebabkan dirinya menjauhi kemurkaan Allah dan larangan-larangan-Nya. Allah SWT menjelaskan:

“Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut melanggar perintah Allah serta, menjaga dirinya jangan jatuh kepada azab Allah, maka merekalah orang-orang yang beroleh kemenangan. (An-Nuur:52)

Allah juga berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang yang takut (melanggar hukum) Tuhannya semasa mereka tidak dilihat orang dan semasa mereka tidak melihat azab Tuhan, mereka beroleh keampunan dan pahala yang besar”. (Al-Mulk:12)

14. Selalu berdzikir dan menyebut nama Allah SWT untuk menjadikan diamnya adalah dalam keadaan berfikir dan apabila berbicara adalah karena berdzikir. Karena hal ini paling baik untuk jiwa dan senjata paling ampuh untuk menghadapi serangan-serangan zaman ini, pancaroba kehidupan serta berbagai macam bentuk ujian.

Inilah penawar yang sangat diperlukan oleh manusia zaman ini. Sungguh benar peringatan Allah yang menyatakan:

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan tenang tenteram hati mereka dengan “dzikrullah”. Ketahuilah dengan “dzikrullah” itu, tenang dan tenteram-lah hati manusia”.(Ar-Ra’ad:28)

Allah juga berfirman:

“Dan barangsiapa yang tidak mengindahkan pengajaran (Al-Quran yang diturunkan oleh Allah) Yang Maha Pemurah, Kami akan adakan baginya Syaitan (yang menghasut dan menyesatkannya), lalu menjadilah Syaitan itu temannya yang tidak renggang daripadanya. Dan sesungguhnya Syaitan-syaitan itu tetap menghalangi mereka dari jalan yang benar, sedang mereka menyangka bahwa mereka orang-orang yang mendapat hidayah dan petunjuk“. (Al-Zukhruf :36-37).

Dr. Briel sendiri mengakui kenyataan ini dengan menegaskan “sesungguhnya orang-orang yang berpegang teguh dengan agama, ia tidak akan dihinggapi penyakit jiwa.

Dan seorang pakar jiwa Dr. Riel Karienji juga menyatakan: “Sebenarnya para doktor penyakit jiwa menyadari bahwa keimanan yang kukuh dan pegangan yang teguh terhadap ajaran agama oleh seseorang adalah satu jaminan untuk menyembuhkan mereka dari penyakit gelisah, perasaan tegang, penyakit saraf dan lain-lain.

15. Mencintai Allah dengan sebenar-benar cinta. Cinta yang menjadikan hati senantiasa merasa rindu dan terikat dengan-Nya. Kecintaan itu juga yang mendorong dirinya menambah amalan-amalan kebaikan, berkorban dan berjihad di jalannya di sepanjang masa. Sekalipun hidup dalam kondisi tenang dan susah, serta kecintaan terhadap kaum kerabat, semuanya tidak sepatutnya menghalangi dirinya dari mencintai Allah. Ini adalah sesuai dengan seruan Allah yang mengingatkan:

“Katakanlah (wahai Muhammad): Jika bapak-bapak kamu dan anak-anak kamu dan saudara-saudara kamu dan istri-istri (atau suami-suami) kamu dan kaum keluarga kamu dan harta benda yang kamu usahakan dan perniagaan yang kamu takut akan merugi, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, (jika semuanya itu) menjadi perkara-perkara yang kamu cintai lebih daripada Allah dan Rasul-Nya dan (daripada) berjihad untuk agama-Nya, maka tunggulah sehingga Allah mendatangkan keputusan-Nya (azab siksa-Nya); karena Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasiq (durhaka)”. (Al-Taubah :24)

Dengan pengorbanan untuk dapat merasakan lezat dan manisnya iman seperti yang diisyaratkan oleh Rasul yang mulia saw:

“Barang siapa yang ada padanya tiga syarat ini, ia dapat merasakan manisnya iman: a. Jika ia mencintai Allah dan rasul-Nya melebihi kasihnya kepada yang lain. b. Jika ia mencintai seseorang, tidaklah ia cintai melainkan karena Allah. c. Jika ia benci untuk kembali ke dalam kekufuran sebagaimana ia benci untuk memasuki api neraka”.

16. Selalu bertawakal sepenuhnya kepada Allah dalam setiap keadaan dan menyandarkan setiap urusan kepada-Nya.

Sifat tawakal inilah yang membangkitkan kekuatan zhahir dan batin di dalam jiwa dan dirinya dan yang menyebabkan segala kepayahan dapat dihadapi dengan mudah. Sifat ini sesuai dengan seruan Allah SWT:

“Barangsiapa berserah diri bulat-bulat kepada Allah, maka Allah cukuplah baginya (untuk menolong dan menyelamatkannya)”. (At-Thalaq:3)

Betapa indahnya pesan Rasulullah saw untuk kita, di dalam sebuah haditsnya:

“Peliharalah perintah Allah niscaya ia akan memelihara engkau (sepanjang masa), peliharalah larangan Allah niscaya engkau dapati ia selalu di hadapanmu. Apabila kamu meminta, hendaklah kamu meminta kepada Allah dan apabila kamu engkau memohon hendaklah engkau memohon pertolongan dari Allah. Ketahuilah, seandainya umat manusia sepakat untuk memberi sesuatu manfaat untukmu, mereka tidak dapat memberinya melainkan mengikut apa yang telah Allah tetapkan untukmu dan sekiranya mereka sepakat untuk menimpakan engkau dengan sesuatu keburukan tidaklah mereka dapat melakukannya melainkan dengan sesuatu yang Allah Taala telah tentukan ke atas dirimu, karena telah terangkat pena dan telah kering kertas (telah ditentukan kesemuanya).” (At-Tirmizi berkata: Hadits Hasan Sahih)

17. Selalu mensyukuri segala nikmat Allah atas dirinya yang merupakan karunia dan rahmat yang tidak terhitung jumlahnya. Bersyukur itu adalah satu dari tanda kemuliaan adab seseorang penerima terhadap pemberi. Allah menyatakan:

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibu kamu dengan keadaan tidak mengetahui sesuatupun dan Dia mengaruniakan kepada kamu pendengaran dan penglihatan serta hati akal pikiran); supaya kamu bersyukur”. (An-Nahl: 78)

Allah juga berfirman:

“Dan dalil yang terang untuk mereka (memahami kekuasaan dan kemurahan kami), ialah bumi yang mati; kami hidupkan ia serta kami keluarkan daripadanya biji-bijian, maka daripada biji-bijian itu mereka makan. Dan kami jadikan di bumi itu kebun-kebun kurma dan anggur dan kami pancarkan padanya beberapa mata air, Supaya mereka makan dari buah-buahannya dan dari apa yang dikerjakan oleh tangan mereka; maka patutkah mereka tidak bersyukur?”. (Yasin:33-35)

Sebenarnya Allah SWT akan menambahkan rezkinya kepada orang-orang yang bersyukur dan akan menambah kerugian terhadap golongan yang ingkar. Firman Allah:

“Dan (ingatlah) ketika Tuhan kamu memberitahu: Demi sesungguhnya! Jika kamu bersyukur niscaya Aku akan tambahi nikmat-Ku kepada kamu dan demi sesungguhnya, jika kamu kufur ingkar sesungguhnya azab-Ku amatlah keras. (Ibrahim:7)

18. Senantiasa beristighfar dengan memohon ampunan kepada Allah. Karena istighfar itu dapat membersihkan diri dari dosa di samping selalu memperbaharui tobat dan iman. Istighfar juga dapat memberikan ketenangan dan keheningan kepada jiwa.

Allah berfirman:

“Dan barangsiapa yang melakukan kejahatan atau menganiaya dirinya sendiri (dengan melakukan maksiat) kemudian dia memohon ampun kepada Allah, niscaya dia akan mendapati Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani”. (An-Nisa’ :110)

Dan Firman Allah:

“Dan juga orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka segera ingat kepada Allah lalu memohon ampun akan dosa mereka dan tidak ada yang mengampunkan dosa-dosa melainkan Allah dan mereka juga tidak meneruskan perbuatan keji yang mereka telah lakukan itu, sedangkan mereka mengetahui (akan salahnya dan akibatnya)”. (Ali-’Imran:135)

19. Senantiasa bermuraqabah (merasakan dirinya berada di bawah pengawasan) Allah SWT; baik dalam keadaan ramai maupun tersembunyi, sebagaimana firman Allah:

“Tiada berlaku bisikan antara tiga orang melainkan Dialah yang keempatnya dan tiada (berlaku antara) lima orang melainkan Dialah yang keenamnya dan tiada yang kurang dari bilangan itu dan tiada yang lebih ramai, melainkan Dia ada bersama-sama mereka di mana sahaja mereka berada. Kemudian Dia akan memberitahu kepada mereka pada hari kiamat, apa yang mereka telah kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui akan tiap-tiap sesuatu”. (Al-Mujadalah:7)

Semoga Allah membimbing kita pada jalan yang lurus, memiliki komitmen dalam aqidah dan mampu menjalankannya dalam kehidupan kita sehari-hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar